Berbagi info simpangraties
Selain itu, 68% responden dari Survei Konsumen ESET APAC menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di internet, dengan sekitar 10% menghabiskan 10 jam sehari. Mayoritas responden di semua negara atau 64% ke atas, kecuali Thailand (45%) mengaku menghabiskan hingga enam jam sehari di internet. Seperti penjelasan global di atas, 50% responden Indonesia menghabiskan waktu 3 jam atau kurang di internet setiap harinya dan 46% menghabiskan 4-6 jam sehari.
Dalam aktivitas pengguna online di Asia Pasifik, kebanyakan pengguna memilih menggunakan smartphone karena alasan kenyamanan dan portabilitasnya, sehingga tidak mengherankan jika sebesar 67% responden mengakses internet melalui perangkat seluler mereka.
Selain itu, 68% responden dari Survei Konsumen ESET APAC menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di internet, dengan sekitar 10% menghabiskan 10 jam sehari. Mayoritas responden di semua negara atau 64% ke atas, kecuali Thailand (45%) mengaku menghabiskan hingga enam jam sehari di internet. Seperti penjelasan global di atas, 50% responden Indonesia menghabiskan waktu 3 jam atau kurang di internet setiap harinya dan 46% menghabiskan 4-6 jam sehari.
Tidak berbeda dengan hasil survei Forbes yang mengatakan bahwa pengguna Indonesia menghabiskan 206 menit sehari di media sosial dibandingkan dengan rata-rata global yaitu 124 menit. Platform teratas seperti Youtube, Whatsapp, dan Facebook semuanya digunakan oleh lebih dari 80% pengguna Indonesia saat online.
Dengan peningkatan akses ke internet, menjadi lebih mudah bagi pengguna untuk menikmati berbagai platform di internet. Sebagian besar platform online memerlukan kata sandi untuk membuat akun dan seringkali satu-satunya bentuk keamanan yang digunakan untuk melindungi informasi pribadi apa pun pada platform. Melihat keunikan kata sandi di seluruh platform, kurang dari setengah (48%) responden APAC menggunakan kata sandi yang serupa di seluruh platform.
Terutama, 70% responden dari Hong Kong menyebutkan bahwa mereka menggunakan kata sandi yang serupa di seluruh platform. Idealnya, tidak boleh ada pengguna yang menggunakan kata sandi yang sama di seluruh platform, itu sama saja dengan memberikan kemudahan bagi peretas karena dengan sekali dayung semua mereka bisa dapatkan, hanya cukup menebak satu kata sandi atau mendapatkan akses melalui salah satu kredensial login dari layanan internet populer, untuk mengakses sisanya.
“Dengan peningkatan akses internet, orang menghabiskan lebih banyak waktu online. Tapi sangat mengkhawatirkan melihat banyak pengguna internet di wilayah APAC masih ada yang berbagi informasi secara sukarela pada orang asing. Belum lagi masalah yang sama yang selalu terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun, yaitu praktik penggunaan kata sandi yang sama pada setiap akun media sosial atau finansial. Oleh karena itu, diperlukannya kesadaran untuk meningkatkan praktik keamanan dan privasi terbaik untuk memastikan bahwa semua orang aman secara online,” ungkap Yudhi Kukuh IT Security Consultant PT Prosperita – ESET Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat aktif di internet dan media sosial dari hasil survei APAC ESET diketahui bahwa 54% pengguna menggunakan kata sandi unik di seluruh akun online dan platform, menunjukkan mereka menyadari bahaya menggunakan kata sandi yang sama pada akun yang berbeda dapat menyebabkan mereka mengalami kerugian. Meski demikian persentase pengguna yang memakai kata sandi sama masih tinggi yakni 46%, menjadi kewajiban kita bersama untuk memberikan edukasi yang lebih baik pada publik.
Media sosial telah populer menjadi wadah eksistensi untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarga. Namun, pengguna media sosial seringkali melangkah terlalu jauh dan cenderung berbagi terlalu banyak hal tentang privasinya. Detail seperti lokasi mereka, tempat liburan atau data pribadi lainnya dibagikan, membuat mereka rentan terhadap penjahat siber atau lebih buruk.
Menurut survei ESET, 79% responden melakukan beberapa bentuk pemeriksaan sebelum mengobrol dengan orang asing atau tidak mengobrol sama sekali dengan mereka. Namun, ini berarti bahwa 21% responden melakukan obrolan bebas dengan orang asing di media sosial, membuka diri terhadap kemungkinan kasus pencurian identitas.
Lebih buruk lagi, 31% responden mengungkapkan bahwa mereka telah berbagi informasi pribadi dengan orang asing di media sosial, informasi pribadi yang dapat membantu penjahat siber melakukan pencurian identitas atau melakukan social engineering yang ditargetkan untuk orang-orang terdekat korban. Hal ini tidak hanya memengaruhi pengguna yang terlibat, tetapi juga teman dekat dan keluarga mereka. Jika sebanyak 31% responden telah berbagi informasi pribadi dengan orang asing, berarti ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk mendidik masyarakat tentang bahaya berbagi informasi secara berlebihan di media sosial serta sejauh mana dampak kerusakan yang ditimbulkannya.
Hindari penggunaan kata sandi yang sama atau serupa di seluruh platform. Ini menempatkan semua akun Anda dalam risiko, seandainya kata sandi dapat ditebak.
Hindari penyimpanan kata sandi di peramban karena peramban tidak memberikan perlindungan jika seseorang menguasai perangkat fisik tersebut. Pengelola kata sandi atau password manager sangat direkomendasikan sebagai cara untuk mengelola kata sandi yang berbeda.
Berhati-hatilah saat menggunakan WiFi publik untuk mengakses internet. Selalu mengambil beberapa tindakan pencegahan saat login, sebagai langkah preventif apabila penjahat siber membuat jaringan palsu untuk memikat orang yang tidak menaruh curiga. Ada beberapa cara untuk memastikan keamanan, seperti misalnya memeriksa apakah situs web menggunakan https, menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) atau tidak mengakses informasi sensitif saat terhubung ke publik Wifi.
info di peroleh dari portalberitaeditor.
Komentar
Posting Komentar